Super Junior by : ChoLeeChoi Blog

Super Junior by : ChoLeeChoi Blog

Jumat, 02 Januari 2015

FF: My Naughty Fish!

Annyeong haseyo readers ChoLeeChoi yang setia! <3 ^^ *PD amat* Ngomong-ngomong, happy new year, everyone! Semoga di tahun ini segalanya berjalan dengan baik O:) Amin... Oke. Untuk mengawali tahun 2015, Admin Minne mau share FF~ Ini bukan FF yang coming soon kemarin, FF yang coming soon masih dalam tahap pembuatan. Sabar ya readers... ^^ 

Check it out!


(posternya masih ababil banget -,-)

FanFiction: My Naughty Fish!
Author: Nandakyu a.k.a Admin Minne (@princebluelf)
Rated: Teenager
Length: One Shot
Genre: Romance, Fluff
Cast: Lee Donghae, Kim Nami (imagine, it’s you :D), and other cast...
NB: Sebelumnya aku minta ma’af yaw, kalau feel-nya enggak dapet ._.V Hehehe... *nyengir evil* Oh iya, ni FF terinspirasi dari komik XD Pokoknya enjoy reading, guys! ^^
Summary:

“Nami, aku menyukaimu,” katanya tiba-tiba sambil perlahan mendekatkan wajahnya di samping telingaku.
Kata-katanya barusan, spontan membuat seluruh teman sekelasku kaget, karena ia mengucapkannya dengan sedikit keras. Donghae... Kau membuatku malu. (////)

Lee Donghae.




Nama itu begitu populer di kalangan yeoja-yeoja di sekolahku. Siapa yang tak kenal dengan sosok namja yang satu ini? Hampir setiap yeoja di sekolahku selalu melting begitu melihat senyumannya yang sangat manis. Belum lagi dengan tatapan mempesonanya itu, membuat para yeoja yang ditatapnya langsung tersenyum-senyum sendiri atau mungkin langsung deg-degan tak karuan.

Selain itu, ia juga anggota tim basket di sekolahku. Ia merupakan anggota andalan di tim basket sekolahku. Berkatnya, tim basket sekolahku menjadi terkenal di sekolah dan di luar sekolahku! Dan juga, ia mengikuti ekstra kurikuler band di sekolahku. Posisinya menjadi gitarist. Ah, lagi-lagi ia membuat para yeoja sesak napas.

Tapi, di balik semua itu, ia mempunyai sisi yang berbeda dengan itu semua. Yaitu... manja.

Saat ini, aku sedang mengerjakan tugas piketku, yaitu menghapus papan tulis. Sambil menyenandungkan lagu slow favoritku dengan suara yang amat sangat pelan. Aku tak mau seorang pun mendengar suaraku saat bernyanyi, karena suaraku sangat fals.

“Namiii!”

Aku menoleh ke arah seseorang yang memanggilku. Oh iya, sebelumnya, perkenalkan namaku Kim Nami. Dan Donghae adalah sahabatku sejak aku dan dia masih berumur 9 tahun. Ia juga sekelas denganku.
               
“Donghae-ya!” sapaku sambil tersenyum hangat ke arahnya. Aku mem-pause pekerjaanku sebentar, lalu memperhatikan Donghae sebentar. Hampir setiap pagi, ada saja yang salah dengannya. “Aigo! Dasimu berantakan, tuh!”

Ia melihat dasinya sebentar, lantas berkata, “Kalau begitu, tolong benerin dasiku ya.”

Aku pun menurut. “Kau ini...” gerutuku, pura-pura kesal. Entah kenapa, aku tidak bisa benar-benar kesal dengan Donghae. Ia mempunyai aura yang membuatku tak tega untuk memarahinya.
               
Bagi teman sekelasku, pemandangan seperti ini sudah sangat biasa. Maka dari itu, yeoja-yeoja di kelasku kadang suka menatapku dengan tatapan iri karena bisa dekat-dekat dengan Donghae setiap hari.

“Nah, sudah selesai,” ucapku setelah selesai membenarkan dasi Donghae.

Tiba-tiba Donghae menatapku lama, dengan tatapan mempesonanya. Jarang-jarang ia memamerkan tatapan itu kepadaku. Biasanya ia selalu menatapku dengan tatapan puppy eyes-nya yang cute atau kadang tatapan yang mengingatkanku akan anak hilang (?) Tapi tatapannya kali ini, jujur saja membuatku merasa deg-degan.

“Nami, aku menyukaimu,” katanya tiba-tiba sambil perlahan mendekatkan wajahnya ke samping telingaku.

Kata-katanya barusan, spontan membuat seluruh teman sekelasku kaget, karena ia mengucapkannya dengan sedikit keras. Aish... Donghae-ya... Kau membuatku malu. (////) Wajahku saat ini pasti sudah merah padam dibuatnya.

“Donghae...!” kataku, tak sanggup berkata yang lain.

“Kau juga suka aku, kan?” tanyanya dengan nada suara yang membuat jantungku hampir copot. Begitu mempesona.  “Mukamu yang merah, dan hal ini kuanggap sebagai kata ‘ya’. Hehehe...” katanya sambil nyengir lebar. Dasar Donghae nakal! Aku begitu speechless. Aku juga tak bisa menyembunyikan fakta, kalau aku juga menyukainya...

Dan mulai saat ini, aku berpacaran dengan seorang Lee Donghae.


          Hari Minggu pagi yang cerah. Aku diajak Donghae pergi berjalan-jalan di sebuah taman bunga. Ya! Ini kencan pertamaku bersama Donghae. Aigooo... Aku benar-benar tak sabar sekaligus deg-degan. Karena ini kali pertama aku pergi berkencan.

                Aku memakai baju kaus berwarna pink lembut dengan bawahan celana jeans pendek. Tak lupa, aku mengikat rambut panjang kecoklatanku ke samping. Dan yang terakhir, aku mengambil tas pergi-pergiku yang berwarna putih dengan gambar Mickey Mouse lucu.

                “Eomma! Aku pergi dulu ya,” sebelum aku pergi, aku pamit dulu ke eomma-ku. Aku kan, anak yang baik. ^^v

                “Oke. Hati-hati ya, Nami!” kata eomma-ku.
               
                Eomma-ku memang eomma paling baik sedunia. Ia mengizinkan aku pergi jalan-jalan bersama Donghae. Kkkk~ Makasih, eomma.

                Aku pun berjalan ke taman bunga itu bersama Donghae. Ia datang menjemputku. Lalu, kami pergi dengan berjalan kaki karena taman itu cukup dekat. Selain kami berdua, banyak juga yang pergi dengan berjalan kaki menuju taman bunga itu.
               
                Ah... Bahagianya aku bisa berjalan-jalan bersama Donghae.

                Sesampainya di taman bunga...

                “Kita pergi beli es, yuk!” ajak Donghae. Kali ini, ia memakai T-shirt berwarna hitam dengan bawahan celana jeans panjang. Aigooo... Dia keren sekali. *abaikan*

                “Ayo!”

                Lalu, aku dibelikan es krim olehnya. Setelah membeli es krim, kami duduk di bangku taman sambil menikmati sinar matahari yang menyinari taman bunga tersebut dengan sinarnya yang lembut.

                “Donghae, lain kali jangan bicara keras-keras seperti kemarin lagi ya?” kataku, dengan mata terfokus pada es krim strawberry-ku.

                “Memang kenapa?” tanyanya dengan nada polos.

                “Aku kan malu...” Ugh... Pipiku pasti memerah lagi.

                “Hahaha...” ia tertawa kecil, “Kau ini... Tapi kau suka kan?” katanya lagi dengan nada mempesona. Argh... Donghae stop! Sekarang aku tahu bagaimana perasaan para yeoja yang melting begitu mendengar suara Donghae atau ditatap Donghae.

                “Tapi jangan lagi ya? Oke? Oke?” kataku.

                “Baiklah,” kata Donghae dengan senyum nakal.

                Dasar Donghae! Jangan-jangan... Ia merencanakan sesuatu. Tapi aku sedang malas memikirkannya. Aku hanya ingin duduk berdua dengannya di bangku taman ini sambil menikmati indahnya bunga-bunga yang bermekaran dan menikmati sinar matahari yang hangat.



Sepulang sekolah, kali ini aku berjalan kaki sendirian. Aku tidak bisa pulang bareng dengan Donghae seperti biasanya, karena hari ini Donghae sedang latihan band. Tapi tak apalah. Aku masih merasa bahagia karena mengingat-ingat kejadian kemarin, ketika aku dan dia berjalan-jalan di taman bunga.

“Nami,” Tiba-tiba, 2 orang yeoja  menghadangku saat aku berjalan di koridor sekolah menuju gerbang sekolah. Saat ini, koridor sekolah sudah mulai sepi, karena tadi aku harus menyerahkan jurnal kelas ke wali kelasku.

“Kudengar, kau ditembak Donghae ya?” kata salah satu yeoja di hadapanku dengan senyum misterius. Hyaaaaa! Aku jadi takut. Walau begitu, yeoja ini sangat cantik dengan rambut pendek pirangnya.

“I-iya,” jawabku dengan gugup. Sepertinya, yeoja di hadapanku ini adalah seniorku, karena tinggi yeoja di hadapanku lebih tinggi dari pada tinggi badanku. Dan juga, aku masih kelas 11.

“Kalau begitu selamat ya! Akhirnya hubungan kalian nyambung juga,” kata yeoja lain yang tengah berdiri di hadapanku. Ia tak begitu cantik, walau begitu, aku suka rambutnya yang sangat hitam dan lurus.

Aku ‘sedikit’ melongo. Kukira aku akan dibully. Eh ternyata...

“Terima kasih sunbae-nim,” ucapku sambil membungkukan badan sedikit.

“Oh iya, apa kau tidak terganggu? Donghae kan sering main dengan cewek-cewek lain. Kau tidak cemburu?” kata yeoja yang berambut pendek dengan raut serius.  

“Emh... Entahlah,” jawabku. Aku memang jarang memikirka hal itu. Tapi hal itu benar, apalagi Donghae adalah salah satu murid famous di sekolahku. Hhhh...
  
“Ya sudah. Bye ya!” kata kedua yeoja itu sambil berlalu. Ternyata mereka  cukup ramah. Aku tersenyum kecil.

Fiuuuh... Tak kusangka, berita aku ditembak oleh Donghae menyebar dengan sangat cepat. Aigooo... Aku tak tahu apakah ini berita bagus atau berita buruk.  Tapi aku tak begitu mengerti dengan pertanyaan yeoja tadi. Cemburu?


Keesokan harinya di sekolahku, adalah hari dimana festival kebudayaan akan dilaksanakan. Festival kebudayaan ini merupakan acara rutin yang dilakukan sekolahku setiap 1 tahun sekali. Biasanya, acara ini dilakukan saat musim semi tiba. Setiap kelas dibolehkan untuk unjuk diri. Ada yang membuat rumah hantu, pameran lukisan, menjual aksesoris rambut, cafe, bahkan ada yang menjual bunga-bunga.. Tahun ini, Kelasku membuat cafe, dan aku akan menjadi pelayannya! Tema cafe-ku adalah anime, maka dari itu, aku memakai kostum tokoh anime yang sudah disiapkan oleh panitia penyelenggara di kelasku. Aku memakai pakaian ala maid seperti di film anime Jepang.

Aigo Nami! Kau cantik sekali dengan baju itu!” puji salah satu teman sekelasku, Eunji.

Saat ini aku memakai kostum anime berwarna biru muda. Rambutku yang panjang berwarna kecoklatan kugerai. Ternyata aku manis juga. Hehehehe...

“Kau pantas sekali berjalan-jalan bersama Donghae dengan pakaian itu,” puji Yuka, teman sekelasku juga. Dan juga, ia akan menjadi pelayan cafe bersamaku.  

“Ahahaha... Terima kasih,” kataku, tersipu.

“Nami!”

Suara khas ini, pasti milik Donghae. Maka dari itu, aku langsung berjalan cepat ke arah Donghae yang sedang berdiri di pintu masuk ke cafe. Eunji dan Yuka menatap ke arahku, seolah-olah ingin mengatakan, “Tuh, pangeranmu datang!”

Lagi-lagi pipiku dengan cepat memerah.

“Nami, kau manis sekali dengan baju itu,” kata Donghae setelah beberapa lama memperhatikan pakaianku.

“Terima kasih Donghae-ya,” kataku sambil tersenyum, tersipu. Pipiku pasti memerah lagi. “Oh iya, kau tidak latihan band?” tanyaku. Di festival kebudayaan ini, Donghae akan tampil untuk konser bersama anggota band-nya.

“Sudah, kok,” katanya, sambil memegang tanganku. Aigo... (>/////<) Bisa sesak napas aku dibuatnya!

“Oh iya, nanti tonton konser band-ku ya?” kata Donghae lagi.

“Sip. Itu sudah pasti!” kataku bersemangat.

“Ya sudah, aku dipanggil teman-temanku,” kata Donghae lalu berlari ke ruang latihan band. “Aku cuma diizinkan keluar sebentar. Menyebalkan! Sudah dulu ya, Nami?”

“Bye!” aku melambaikan tanganku. Aku melihatnya pergi berlari. Sebelum benar-benar memasuki ruang latihan, aku melihat ia mampir bermain dengan teman-teman yeoja-nya.

Anehnya, aku merasa seperti... Ah, aku tak bisa menjelaskannya. Kulihat ia tersenyum kepada yeoja-yeoja itu. Argh... Donghae-ya... Apa begini rasanya ‘cemburu’ itu? Rasa ini sangat tidak enak.


“Nami? Kenapa murung?” tanya Yuka, yang ternyata memperhatikan aku, sedari tadi.

Ani,” kataku sambil tersenyum kecil

“Benar, nih? Jangan-jangan... Ada hubungannya dengan Donghae?” tanya Yuka sambil tersenyum usil.

“Bukan, kok... Sueeer (?)” kataku meyakinkan sambil membuat tanda ‘V’ dengan jari telunjuk dan jari tengah kananku. “Wah! Lihat, ada tamu! Tamu pertama kita!” kataku mengalihkan pembicaraan.

Aku pun melayani tamu-tamu itu. Ternyata tamu-tamu itu adalah yeoja yang kemarin menghadangku sepulang sekolah. Kali ini ia datang bersama pacarnya, bukan dengan temannya yang berambut hitam panjang itu.

“Hai Nami! Wah, ternyata kelasmu membuat cafe ya?” tanyanya, aku belum tahu namanya. Siapa sih, nama yeoja ini? Sudah 2 kali bertemu dengannya, tapi aku tidak tahu namanya. Ia sangat cantik, rambutnya pendek sebahu dan berwarna pirang alami. Jangan-jangan, yeoja ini keturunan bule?

“Oh iya ya... Dari kemarin aku belum memberitahu namaku. Namaku Park Nachan. Aku kelas 12.1,” kata Nachan. Oh... Jadi namanya Nachan, nama yang unik. Dan tepat dugaanku, dia adalah seniorku! Pantas saja lebih tinggi daripada aku.

Aku tersenyum. “Bangapta Nachan eonnie,” kataku. “Mau pesan apa, eon? Ini daftar menunya,” ujarku dengan bahasa formal sambil memberikan 2 buku menu kepada Nachan eonnie dan pacarnya.

“Aku pesan Ice Coffee saja,” kata namja yang duduk di depan Nachan eonnie yang kuduga adalah pacarnya.

“Kalau aku Strawberry Milk Shake,” kata Nachan eonnie. Aku buru-buru mencatat pesanannya dengan serius, aku bertekad untuk tidak membuat 1 kesalahan apa pun di festival ini.

“Tunggu 5 menit ya,” kataku tak lupa dengan senyuman. Lalu aku berlari kecil ke arah dapur lalu memberikan catatan pesanannya kepada temanku yang bertugas membuat minuman. Tak sampai 5 menit, aku kembali lagi ke meja Nachan eonnie untuk mengantarkan pesanannya.

“Ini pesanannya,” ucapku sambil menaruh pesanan dengan rapih di atas meja.

“Trims,” kata Nachan singkat. Aku pun pergi ke posisiku di dekat puntu untuk menyambut tamu yang lain.

Sebenarnya aku ingin tanya, dari mana ia tahu kalau aku di’tembak’ Donghae. Dan juga, dari mana Nachan eonnie mengetahui namaku? Aku kan, bukan anak yang famous di sekolahku.

“Nami!” panggil Nachan eonnie. Ada apa ya?

“Kau pasti penasaran dari mana aku tahu kalau kau pacaran dengan Donghae. Ya kan?” katanya, seolah-olah ia bisa membaca pikiranku tadi.

Aku langsung deg-degan. Dari mana yeoja cantik ini tahu kalau Donghae menembakku? Tapi... Kenapa aku begitu penasaran, ya?

“Aku vokalis band di sekolah kita,” katanya.

“Oooh... Pantas saja eon tahu hal itu,” kataku tersenyum sopan.

“Kalau begitu, nanti tonton konser band-ku ya?” kata Nachan eonnie.

“Siiip,” kataku, ‘berusaha’ tersenyum.
               
Ugh... Kenapa Nachan eonnie harus menjadi seorang vokalis band? Dan kenapa harus 1 band dengan Donghae? Aku sebal! Aku jadi tidak mau melihat konsernya. Aku pasti akan terlihat menyedihkan, melihat Donghae dekat-dekat dengan yeoja lain... Padahal ia adalah pacarku sendiri.


Pukul 2 p.m. waktu setempat. Festival kebudayaan sudah selesai. Syukurlah cafe-ku banyak pengunjungnya. Tapi ada satu perasaan yang mengganjal hatiku. Aku merasa bersalah karena tidak melihat konser band Donghae. Apakah aku terlalu dikendalikan oleh rasa cemburu itu?

“Nami! Aku pulang dulu ya!” kata Yuka, sambil menepuk pundakku. Ia menyadarkanku dari lamunanku.

“Ya. Hati-hati, Yuka!” kataku, tersenyum, sambil melambaikan tangan. Hari ini aku masih ingin duduk-duduk dulu di bangku panjang dekat ruang kelasku.
               
Perasaan ini. Aku benci perasaan ini. Tapi, aku tak boleh menangis. Tak boleh!

 “Nami!” suara ini.

Aku menoleh dengan perasaan campur aduk. Antara senang karena bisa bertemu dengannya dan sebal karena perasaan cemburu itu.

“Nami, kenapa tadi kau tidak menonton konserku?” tanyanya, ia ikut duduk di sampingku.

“Ma’af Donghae-ya... Tadi aku sibuk,” jawabku, berbohong. Ma’afkan aku, Donghae, karena membohongimu. Jeongmal mianhae...

“Bohong. Kau kenapa? Apa kau sakit?” tanyanya, aku masih tak menoleh ke arahnya.

Ani,” kataku, tersenyum kecil.

Aku menoleh sedikit ke arahnya, dan melihat ekspresi wajahnya, tak bisa ditebak apa perasaannya saat itu. Biasanya ia akan mengajakku bercanda-canda. Dulu waktu kami belum berpacaran, aku dan dia tidak pernah merasa secanggung ini. Kenapa saat aku sudah berpacaran dengannya, aku justru merasa sangat jauh darinya. Kenapa?

“Donghae, aku pulang dulu ya?” Aku tak tahan lagi, rasanya aku ingin cepat-cepat berlari pulang ke rumah!

Tapi tiba-tiba, ia menghentikan langkahku. Ia memegang tanganku dengan erat.

“Nami... Kau marah kan?” kata Donghae, kini ia memegang kedua pundakku dengan tangannya. Aku dan dia berdiri berhadapan.

“Donghae... Aku tidak marah,” ucapku, dengan suara agak bergetar. Bodoh!

“Aku tahu kau sebal, karena aku dekat dengan yeoja lain,” kata Donghae panjang lebar. “Tapi aku tak bermaksud apa-apa, Nami. Kumohon... Jangan marah lagi ya? Aku kan, jadi kesepian kalau kau menjauh,” katanya dengan aksen manja. Aigooo... Bisa-bisanya ia aegyo di suasana seperti ini!

Sekarang ia tidak lagi memegang pundakku. Aku dan dia hanya berdiri berhadapan. Dan, tanpa sadar aku menangis. Bodoh. Buat apa aku menangis? Bodoh. Bodoh!

Mianhae, Donghae... Kau kesepian ya?” tanyaku mulai tersenyum lagi. “Kalau begitu, kau jangan dekati yeoja lain selain aku. Kau harus berjanji padaku?”

“Oke, Nami,” katanya sambil mengacungkan jari kelingkingnya.  

“Jangan dekati yeoja lain selain aku lagi ya?” kataku sekali lagi, sembari mengaitkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya.

“Sip!” katanya sambil tersenyum. “Kalau begitu, ayo kita pulang bersama!” ajaknya dengan tatapan puppy eyes-nya. Aihhh Donghae, kenapa kau bisa mempesona dan cute di waktu yang bersamaan? ><

Aku mengangguk.

Aku begitu bahagia. Dan tanpa sadar aku tertawa kecil. Ya, dialah Donghae. Pacarku yang manja sekaligus nakal!

THE END



Tidak ada komentar:

Posting Komentar